Sang Pembunuh

Katamu kau rindu. Benarkah?

Taukah kau kalau sebenarnya aku yang lebih banyak menyimpan rindu? Kusimpan satu - satu dengan rapi dan hati - hati, tak terganggu.
Mungkin saking lamanya rindu itu pu berubah menjadi kristal berharga yang mudah pecah. Indah tapi rapuh.

Kita sempat saling memuja, bertukar mimpi - mimpi indah dan saling berjanji untuk menemani sampai mimpi - mimpi indah itu tak sekedar menjadi mimpi. Kita bahkan saling merajut doa - doa paling indah yang bisa saja membuat para Malaikat takjub mendengarnya.

Selalu ada kau dan aku. Kita sepasang, katamu. Kau memang melengkapiku, melengkapiku dengan sempurna serupa pijaran kunang - kunang di langit malam. Indah..

Lalu kau menghilang.

Mimpi - mimpi indah berubah menjadi ratapan menyakitkan. Doa - doa indah berubah mejadi racun yang perlahan mengalir di nadiku dan sampai di jantungku. Sayangnya aku tidak mati. Aku hanya menjadi kosong.

Kau bilang aku satu - satunnya, nyatanya aku hanya perempuan kedua.
Kau bilang aku adalah tujuan, ternyata aku hanyalah tempat persinggahan.
Kau bilang kau akan menetap, nyatanya tidak.
Kau pergi jauh sekali, jauh menuju tujuanmu yang sebenarnya.

Jangan tanyakan bagaimana aku sekarang. Tidak lebih buruk dari sekeranjang sampah yang berserakan di sudut jalan, berantakan.

Lalu kau datang lagi dengan rangkaian bunga - bunga rindu. Wanginya memabukkan, mungkin karna itulah istrimu begitu memujamu.
Kau pernah membuatku jatuh, jatuh dari tempat paling tinggi yang pernah kukhayalkan.

Bolehkah aku memohon?
Aku sedang merajut mimpi - mimpiku sendiri, mimpi - mimpi indah yang memiliki sayap kokoh yang tidak akan membuatku jatuh lagi.
Bisakah kau simpan rindu itu untukmu sendiri? atau mau kau titipkan padaku agar bisa ku kubur bersama mimpi yang dulu pernah kau bunuh.


Komentar

Postingan Populer