"Halo apa kabar?"

Bip bip..

"Halo apa kabar?"

Satu pesan singkat di mesenger app, tapi aku tahu, percakapan ini tidak akan pernah menjadi singkat, seperti biasanya. Kamu dan aku memiliki kemampuan untuk merangkai begitu banyak cerita. Satu sapaan singkat hanyalah umpan manis yang kemudian dilanjutkan dengan ratusan aksara yang saling kita tukar menjadi cerita.

"Kabar setengah baik, setengah buruk. Biasalah hidup" balasku. 

"Berceritalah"

Cuma itu balasanmu. Tapi satu kata itu membuat ratusan kata yang sudah ku kira - kira akan menjadi bahan perbincangan yang apik untuk kita, tiba - tiba hilang. Balasannya bukan hanya sekedar basa basi penyambung sapa. Pria ini, yang entah dengan indra keberapanya mampu meraba saat - saat biru. 

"Aku baik - baik saja kalau itu maksudmu. Bukankah seharusnya ritual kita bertukar cerita? Bukan seperti sekarang yang saling menaruh curiga?"

"Aku tidak menebar curiga. Sebut saja aku sok tau, tapi aku memang tau waktu birumu."

Aku diam. Kalau kami berdua sedang bermain catur, sudah jelas Rajaku terperangkap, skak mat tidak bisa bergerak. Tapi nyatanya sekarang aku lah yang tidak bisa mengelak. Dia serupa mata - mata, bukan lagi menyebar di penjuru dunia, mata - mata ini seolah sudah menyebar di isi kepala. Seolah ada lampu tanda bahaya yang meraung keras - keras saat aku sedang biru dan kelabu. 

"Aku iri padamu" aku berucap singkat. 

"Walaupun kau simpan sejuta iri di hatimu, aku tidak bisa menolongmu. Kau bilang kau iri melihatku yang selalu bergerak ke segala tempat, sedangkan kau hanya diam di tempat yang sama bertahun - tahun lamanya. Aku tidak bisa memaksamu bergerak. Ini bukan sekedar tentang raga yang berpindah tempat, ini soal jiwa. Jiwa yang semakin terisi oleh banyak kisah dan cerita jika kau berani bergerak."

"Aku tau aku ini pengecut. Untuk jalan hidup sendiri saja aku masih tidak tau harus bergerak kemana" 

Dia membalas cukup lama. Aku rasa dia sedang berduka, berduka untuk teman baiknya yang masih begitu bodoh untuk menentukan jalan hidupnya.

"Apapun yang ingin dan akan lakukan atau yang sedang kau lakukan, aku hanya ingin kau berbahagia. Itu saja."

Fin. Selesai. Percakapan kami sudah usai. Tapi meninggalkan pr panjang. Kepalaku serasa dihantamkan ke tembok bata sekeras - kerasnya, karena rasanya begitu pusing dan menyakitkan. Bumi berotasi sendirian sedangkan aku hanya duduk diam. Hidupku diam di tempat, sementara dia sudah berlari jauh di depan, aku bahkan masih duduk termenung memikirkan kaki mana duluan yang harus ku langkahkan.

Jika nanti ada "Halo apa kabar lagi?" aku berjanji aku sudah mengikuti bumi mengitari matahari. Aku akan memberimu cerita baru dari tempat - tempat yang juga baru. Aku juga akan berlari mengejarmu biar cerita baru nanti tidak lagi kita tulis sendiri - sendiri, tapi kita tulis bersama karena kita sedang berotasi bersama - sama.

Komentar

Postingan Populer