Yang Maha (selalu merasa) Benar

Manusia itu menamai dirinya sebagai Yang Maha (selalu merasa) Benar. Dia tidak perlu mendapatkan mukjizat dari Sang Pencipta, dia menasbihkan dirinya sendiri. Manusia itu duduk dari tumpukan pujian yang ditumpukannya satu persatu lalu disusun menjadi singgasana ternyaman yang hanya bisa kau bayangkan. Semua perintah diaminkan tanpa ada satupun penolakan, tidak ada yang mampu menolak Yang Maha (selalu merasa) Benar. 
Aku duduk jauh mengamati manusia Yang Maha (selalu merasa) Benar. Memperhatikan tingahkahnya yang duduk manis di singgasana kesayangannya. Sesekali dia bicara padaku. Tapi tidak ada gunanya aku mengeluarkan suara. karena Yang Maha (selalu merasa) Benar selalu memiliki jawaban sendiri dari pertanyaan yang dilemparkannya kepadaku. Sebenar - benarnya perkataanku, tidak ada yang lebih benar dari jawaban Yang Maha (selalu merasa) Benar.
Manusia itu duduk semakin tinggi, semakin jauh dari kami manusia yang selama ini hanya mengamati. Mungkin Yang Maha (selalu merasa) Benar melihat kami sebagai pelengkap saja, hanya sekedar hiburan dari kehidupan sempurna yang dimilikinya. Mungkin manusia itu hanya melihat kami serupa pemain sirkus hiburan yang mampu membuatnya tertawa dan patuh terhadap titahnya. Dan sampai waktu yang telah ditetapkan dia akan tetap menjadi manusia Yang Maha (selalu merasa) Benar. 

Komentar

Postingan Populer