Kuburan Mimpi
Hari ini aku hadir di sebuah pemakaman. Pemakaman ini riuh, tidak ada tangis ataupun wajah muram yang mengelilingi liang kuburan. Pemakaman ini aneh karena justru aku mendengar suara tawa, suara tawa mengejek seolah yang akan dikubur memang sudah ditunggu kematiannya. Saat aku mulai melihat sekitar, hatiku semakin janggal. Suara tawa itu bukan suara tawa manusia yang berkumpul di pemakaman, suara itu berasal dari kepalaku sendiri. Suara dari impian - impian yang dulu pernah kususun rapi lalu akhirnya kubariskan satu persatu menuju pemakaman. Aku hadir di pemakamanku sendiri, kuburan impian.
Katanya mimpi itu tidak untuk digantung. Walaupun itu berarti digantung dekat bintang - bintang di langit sana. Katanya mimpi itu harus bersayap, biar bisa menjelajah jauh bahkan dari tempat terjauh yang pernah kau bayangkan. Katanya mimpi itu harus hebat, biar hatimu bisa tumbuh menjadi semakin besar saat mimpi hebat itu membutuhkan berlipat - lipat keringat.
Tapi mimpiku tidak lagi tergantung, mimpiku sudah terkubur. Kemarin aku masih merajut sayap - sayap kokoh yang akan kuikat kuat di mimpiku biar dia bisa terbang jauh. Bahkan rasanya jiwaku sudah siap untuk lepas landas, bersuka cita untuk melepas mimpi hebat yang sudah kurajut kuat - kuat.
Ternyata aku harus mundur, sayap - sayap kokoh kulipat rapi sementara mimpiku sudah siap untuk di kubur lagi. Sayap yang sudah kusiapkan untuk terbang, terpaksa kupinjamkan untuk mereka yang ingin terbang jauh lebih tinggi. Bisa saja aku menjadi egois, marah karena saat aku bersiap untuk lepas landas disaat itu pula aku harus melepas dan memasangnya ke mimpi orang lain.
Haruskah aku bersedih?
Kuburan mimpiku sudah penuh. Dulu aku memang pembunuh mimpi. Manusia bodoh yang hidup dengan mimpi besar tapi lalu menjadi monster ganas yang tidak pernah membiarkan mimpi itu tumbuh menjadi hebat. Sekarang saat monster itu sudah mati, aku kembali lagi ke kuburan mimpi, bukan sebagai pembunuh mimpi. Biar mimpi ini menjadi tumbal untuk mereka yang ingin terbang lebih tinggi.

Komentar